Menjadi "Masjid Hunter" di Thailand
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah:18)
Berbeda dengan saat tahun 2015 dimana tempat tinggal yang saya tempati dengan teman-teman PKL sangat dekat dengan masjid, saat ini saya benar-benar harus berjuang sendiri (ceilah, berjuang sendiri buk). Sesuai dengan judul tulisan kali ini, Masjid Hunter.
Dimulai dari hari kedua saya di Bangkok, saya nekat untuk berkeliling Bangkok mencari masjid, dari satu tempat ke tempat lainnya mengandalkan go****map. Kenapa? Katanya mau keluar dari zona nyaman? Karena, dimana ada masjid disitu ada makanan halal. haha. Alasan kesekian sih itu wkwk Perjalanan pertama, saya menuju masjid Pandhungtam Islam yang ada di map. Tenyata nih, sudah jalan jauh sekali sekitar 900 meter, bangunan masjidnya tidak ada. Hancur hatiku huhu. Bertanya orangpun tenyata tidak memahami bahasa inggris atau tidak mengetahui adanya bangunan masjid itu.
Namun, Mashaallah, tiba-tiba ada ibu berjilbab naik motor dan saya mencoba menghentikannya (haha jahat amat) dan menanyakan masjid terdekat. Ternyata beliau tidak bisa bahasa inggris dan saya pun memperagakan sholat untuk memberinya isyarat. Alhamdulillah, beliau memahami dan sangat baik sekali berkenan mengantarkan saya dengan motornya ke lokasi masjid (yang ternyata dan ternyata sangaaaat jauh dari titik map yang saya cari). Sesampainya di masjid, karena belum masuk waktu maghrib, saya menjelaskan ingin mencari juga makanan halal dulu sambil menunggu adzan (belum makan seharian hiks). Karena di daerah masjid itu belum ada halal food, beliau menayakan tempat tinggal saya dan dengan kebaikan hatinya lagi, beliau mengantarkan ke masjid lain yang lebih dekat dengan apartment saya. Semoga Allah membalas kebaikan beliau.
Masyaallah, rasanya adem dan tenang serta nikmat sekali dapat melihat masjid, mendengar adzan, dan berjamaah setelah beberapa hari tidak merasakannya. Ini salah satu alasan kenapa kita harus merasakan hidup sebagai minoritas, selain bisa menambah keimanan dan memperkuat ukhuwah islamiyah, kita juga bisa merasakan benar-benar kenikmatannya beribadah di rumah Allah. Berikut saya coba upload video saat diantar ibu itu dengan motor dan foto masjid yang dimana saya akhirnya mendengarkan adzan. Btw, perjalanan pulang dari sinipun banyak drama karena saya tidak tau jalan pulang dan baterai hp low tanpa bawa power bank (cerita klasik lagi kalo tau Childa nyasar), tapi tenang Allah selalu bersama kita, akhirnya pulang dengan selamat meski tepar sampai kamar hehe.
Berbeda dengan saat tahun 2015 dimana tempat tinggal yang saya tempati dengan teman-teman PKL sangat dekat dengan masjid, saat ini saya benar-benar harus berjuang sendiri (ceilah, berjuang sendiri buk). Sesuai dengan judul tulisan kali ini, Masjid Hunter.
![]() |
Dimulai dari hari kedua saya di Bangkok, saya nekat untuk berkeliling Bangkok mencari masjid, dari satu tempat ke tempat lainnya mengandalkan go****map. Kenapa? Katanya mau keluar dari zona nyaman? Karena, dimana ada masjid disitu ada makanan halal. haha. Alasan kesekian sih itu wkwk Perjalanan pertama, saya menuju masjid Pandhungtam Islam yang ada di map. Tenyata nih, sudah jalan jauh sekali sekitar 900 meter, bangunan masjidnya tidak ada. Hancur hatiku huhu. Bertanya orangpun tenyata tidak memahami bahasa inggris atau tidak mengetahui adanya bangunan masjid itu.
![]() |
tersesat di jalan buntu |
Namun, Mashaallah, tiba-tiba ada ibu berjilbab naik motor dan saya mencoba menghentikannya (haha jahat amat) dan menanyakan masjid terdekat. Ternyata beliau tidak bisa bahasa inggris dan saya pun memperagakan sholat untuk memberinya isyarat. Alhamdulillah, beliau memahami dan sangat baik sekali berkenan mengantarkan saya dengan motornya ke lokasi masjid (yang ternyata dan ternyata sangaaaat jauh dari titik map yang saya cari). Sesampainya di masjid, karena belum masuk waktu maghrib, saya menjelaskan ingin mencari juga makanan halal dulu sambil menunggu adzan (belum makan seharian hiks). Karena di daerah masjid itu belum ada halal food, beliau menayakan tempat tinggal saya dan dengan kebaikan hatinya lagi, beliau mengantarkan ke masjid lain yang lebih dekat dengan apartment saya. Semoga Allah membalas kebaikan beliau.
Masyaallah, rasanya adem dan tenang serta nikmat sekali dapat melihat masjid, mendengar adzan, dan berjamaah setelah beberapa hari tidak merasakannya. Ini salah satu alasan kenapa kita harus merasakan hidup sebagai minoritas, selain bisa menambah keimanan dan memperkuat ukhuwah islamiyah, kita juga bisa merasakan benar-benar kenikmatannya beribadah di rumah Allah. Berikut saya coba upload video saat diantar ibu itu dengan motor dan foto masjid yang dimana saya akhirnya mendengarkan adzan. Btw, perjalanan pulang dari sinipun banyak drama karena saya tidak tau jalan pulang dan baterai hp low tanpa bawa power bank (cerita klasik lagi kalo tau Childa nyasar), tapi tenang Allah selalu bersama kita, akhirnya pulang dengan selamat meski tepar sampai kamar hehe.
Perjalanan selajutnya dalam pencarian masjid adalah saat saya sedang bertemu seorang muslim Thai di prayer room-nya hospital. Namanya Basma, dia sedang magang di Siriraj Hospital. Kami membuat janji untuk bertemu hari Sabtu pagi hari. Ternyata, rumah Basma terletak di kawasan muslim seberang Siriraj Hospital yang memiliki sejarah panjang (cerita lengkapnya di postingan selanjutnya ya). Intinya, daerah yang sekarang dibangun Siriraj Hospital dulunya adalah kawasan tempat tinggal muslim yang kemudian pada tahun kesekian, oleh Raja Thailand dipindah ke seberang kanal karena akan ada perluasan stasiun dan rel kereta api. Leluhur penduduk muslim tersebut juga bukan berasal dari Thailand selatan seperti yang banyak kita ketahui mayoritas muslim Thailand berasal dari daerah selatan seperti Yala. Namun, nenek moyang Basma berasal dari Persia. Di daerah sana, dapat kita temukan juga masjid besar dipinggir sungai dan pemakaman Muslim, yang dari masjid tersebut dapat terlihat Siriraj Hospital.
Masjid selanjutnya yang saya kunjungi, adalah masjid yang pernah saya kunjungi tahun 2015. Tentunya sudah banyak yang mengetahui, Masjid Bang Utis ini terletak dekat sekali dengan Asiatique, salah satu tourist attraction yang wajib didatangi bila ke Bangkok. Tapi, perjalanan saya ke masjid ini ada yang berbeda dari tahun sebelumnya, karena saya juga menemukan makanan halal dengan harga terjangkau di sebelah masjid. Jadi, buat teman-teman yang jalan ke Asiatique, jangan khawatir untuk sholat dan makannya ya.
Masih banyak cerita tentang perjalanan saya mencari kawasan muslim dan masjid di Bangkok, yang akan saya posting di kolom selanjutnya. Inti dari cerita yang ingin saya sampaikan, kita harus banyak bersyukur tinggal di Indonesia, dengan mayoritas penduduk muslim, kita dapat menemukan masjid dengan mudahnya, dan ketika di luar negeri, pastikan install aplikasi waktu sholat karena itu sangat membantu sekali, serta power bank haha. Oke, sekian curcol hari ini, semoga bermanfaat!
![]() |
Masjid Bang Utis di dekat Asiatique |
Masih banyak cerita tentang perjalanan saya mencari kawasan muslim dan masjid di Bangkok, yang akan saya posting di kolom selanjutnya. Inti dari cerita yang ingin saya sampaikan, kita harus banyak bersyukur tinggal di Indonesia, dengan mayoritas penduduk muslim, kita dapat menemukan masjid dengan mudahnya, dan ketika di luar negeri, pastikan install aplikasi waktu sholat karena itu sangat membantu sekali, serta power bank haha. Oke, sekian curcol hari ini, semoga bermanfaat!
So proud of you my dear! Terus nulis yaaa!!! 😘
BalasHapussiap suhu :)
HapusSiap berjuang kak...nanti tinggal menikmati hasilnya aaamiiin..
BalasHapus