Bertemu Muslim "Sunni dan Shiah" di Thailand

Beberapa minggu yang lalu, saya sempat sharing screenshot dari map hasil pencarian masjid, Jadi, setelah kurang lebih dua minggu saya mencari masjid, ada pengalaman yang membuat saya cukup kaget. Kenapa? Saya lahir dan dibesarkan di Indonesia, di lingkungan pesantren dan untuk pertama kali setelah selama 24 tahun hidup, ada yang bertanya pada saya "Are you sunni?"

Cerita ini berhubungan dengan postingan tentang "Bangkok Apartments Tour" dimana saya berjuang sendirian, untuk mencari tempat tinggal. Akhirnya, saat saya menemukan satu condo (sebut saya condo A) dengan harga terjangkau yang dekat masjid dan fakultas, saya dibantu oleh imam masjid dekat condo A yang sangaaaaat baik sekali sampai diajak mengelilingi daerah dekat masjid itu untuk mencari info dari apartment satu ke apartment lainnya. Imam tersebut seorang lulusan tafsir Qur'an di Iran dan anak beliau juga lulusan Tehran University. Beliau menyampaikan bahwa pada zamannya kuliah di Iran, puluhan tahun yang lalu, hanya beliau yang berasal dari Thailand belajar ke Iran. Beliau juga sangat lancar berbahasa inggris dan ternyata jago bahasa persia juga. Akhirnya saya sudah yakin untuk pindah ke condo ini. Alhamdulillah yaaak hehe

Keesokannya, ada seorang teman yang sangat baik dan menawarkan untuk tinggal di apartmentnya yang ternyata harganya dibawah condo tersebut namun jaraknya lebih jauh ke fakultas. Akhirnya saya 'iseng' melihat kamarnya kemudian teman saya mengajak, dan mashaallah baik banget, menraktir halal food  yang dekat dengan apartment. Dari sini yang kemudian saya jadi tertarik untuk pindah ke apartmentnya karena dekat dengan halal food dan lagi-lagi, teman saya sangaat baik karena mengajak saya mencari masjid terdekat. 

Masjid pertama yang kami kunjungi tak jauh dari halal food, adalah masjid dengan kaligrafi di dinding berwarna biru namun gerbangnya tertutup dan gelap. Ada papan didepannya yang mendeskripsikan masjid tersebut dalam bahasa Thai dan Inggris. Saya mencoba membaca singkat dan menemukan ada tulisan "masjid shiah". Saya belum yakin apa maksud tulisan tersebut karena memang pengetahuan tentang shiah selama ini hanya sebatas textbook di kelas dan yang terpikirkan hanya berharap ada masjid yang dekat dengan apartment, akhirnya teman saya mencoba memberikan sinyal ke orang di dalam untuk membukakan gerbang dan mereka bercakap dalam bahasa Thai. Singkat cerita teman saya mengajak jalan lagi dan menyampaika kalau masjid tersebut sudah tutup lama.

Perjalanan kami berlanjut, dan saya sangat senang ketika melihat masjid lagi yang tak jauh dari masjid pertama tadi. Di masjid tersebut, ada anak-anak kecil yang sedang belajar membaca Al-Qur'an dengan dua orang ustadz. Saya mencoba meminta teman saya untuk memastikan apakah masjid tersebut masih buka (baru sadar, kok saya nanyanya gitu ya haha kan jelas buka). Mereka juga bercakap dengan bahasa Thai, dan ketika teman saya mengenalkan saya dari Indonesia, ustadz tersebut menanyakan ke teman saya apakah saya sunni, meski saya merasa aneh dengan pertanyaan itu, tapi tanpa pikir panjang dan yakin saya menjawab "iya". Singkat cerita lagi, mereka bercakap dan teman saya mengajak pamitan keluar dan menjelaskan kalau masjid sunni berada di daerah sana (sambil menunjukkan jalan), sedangkan tadi bukan masjid sunni. Karena teman saya seorang Buddhist, dia mengatakan "I am not sure what are the differences between sunni and shiah" dan kemudian, saya menjadi speechless (untuk pertama kalinya bertemu shiah dan untuk pertama kalinya ada yang menolakku T.T). Beberapa hari kemudian, saya mencari masjid sunni, dan saya mencoba konfirmasi ke salah satu muslim di masjid sunni, dan membenarkan bahwa masjid tersebut adalah shiah dan mereka tidak menghalalkan untuk sunni. Penelusuran dengan google juga saya coba, dan menemukan ketiga masjid yang saya kunjungi tersebut adalah masjid shiah.

Pengalaman inilah yang kemudian membuat saya sadar, bahwa selama ini apa yang saya pelajari tentang "sunni dan shiah" itu tidak sebatas sejarah atau cerita. Kini saya menjadi lebih tau mengenai masjid shiah dengan kaligrafi khasnya terdapat kaligrafi sahabat Ali, sayyidatina Fathimah, dan cucu Rasulullah, Al-Hussain. Namun, bukan perbedaan yang saya cari, tapi ada hikmah lain yang saya temukan. Ternyata, tidak semua orang shiah mengharamkan saya sholat di masjid shiah karena imam masjid yang saya ceritakan di awal (dekat condo A) memperbolehkan saya untuk sholat disana. Pertemuan terakhir kami saat itu, ketika saya memohon ijin untuk tinggal di apartment lain, beliau menyampaikan bahwa saya dipersilahkan untuk kapan saja berkunjung kesana, dan beliau menyampaikan "karena kita sesama muslim" :)

Pengalaman yang awalnya hanya mencari tempat tinggal ternyata memberikan banyak pelajaran bagi saya, bahwa entah sunni atau shiah, entah NU atau Muhammadiyyah, kita semua muslim, sodara seiman. Mengutip dari perkataan Prof. Dr. KH. Said Agil Sirajd, “Titik temu antara kita umat Islam Indonesia, terutama warga NU dengan Syi’ah yaitu seperti mahabbah Ahlulbait, sangat mencintai Habaib, Ahlulbait, cium tangan guru, cium tangan orang yang kita muliakan sama antara kita dan tradisi Syiah, baca Barzanji, baca Diba’, baca shalawat, haul, ziarah kubur, tawassul sama antara kita dan Syiah.” 


“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat”
HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580, Ahmad no. 5646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426 ; dari Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma.



Terkait dengan cerita diatas, ada postingan instagram dari @arya.ti yang ingin juga saya berbagi dengan teman-teman, bertepatan dengan saat ini pula kita sedang bertemu bulan Muharrom 
"Kawan, apapun aliran islam mu, minimal ingatlah bahwa hari-hari ini adalah Hari Karbala. Itu adalah hari-hari ketika cucu nabimu dibantai oleh orang-orang yang mengaku pengikut kakeknya dan kelak ia berharap diberi syafaat di hari kiamat. Ingatlah juga sejarah perdabanmu bahwa keluarga nabimu semuanya dibantai dan di rantai selama belasan generasi. Kamu tidak perlu jadi syiah untuk tau itu. Kamu hanya perlu kesadaran sejarah.. Bahwa sejarah sepenting itu tidak pernah dicatat dalam buku-buku yang diajarkan sekolahmu. Tidak perlu lah kamu sibuk bertanya kepada para syiah. Cukup saja kalau kita cari sejarahnya dan dengan rendah hati kita menghayati bahwa Karbala itu adalah telaga darah dan air mata. Allahumma shalli ala muhammad wa ala aali muhammad"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kasus Covid19 di Thailand?