Sepenggal Kisah Tentang Ibu (1)
SELAMAT BERPULANG SENIOR IDIOLOGISKU
(Hj. Dra. Jauharotul Farida, M.Ag)
Pembawaannya semangat dan seakan tak kenal lelah dalam beraktivitas. Cepat, lincah dan cekatan, seakan sedang memburu waktu yang tidak akan lama lagi di dunia. Hari ini terjawab sudah, Kamis (30/5) Jam 16.15, engkau meninggalkan kita semua, termasuk adik-adik idiologismu.
Kegigihannya memperjuangkan hak-hak perempuan (gender) tak diragukan lagi. Dari mulai kajian gener, halaqah, seminar hingga gerakan advokasi telah dilaluinya secara gemilang. Suatu hari Mbakyuku ini, Jauharotul Farida mencak-mencak, ketika ada salah satu Alumni UIN Walisongo yang dengan bangganya memamerkan dua istrinya dihadapan publik. Ini menunjukan komitmen yang mendalam tentang kesetaraan dan keadilan gender.
Saya adik angkatannya cukup jauh, tetapi saya mengenalnya dari cerita para senior. Kebetulan saat mengambil studi S2 di IAIN Walisongo kami seangkatan (2000). Pernah aktif di Resimen Mahasiswa (Menwa) hingga menjabat Ketua Senat Mahasiswa (sekarang DEMA) IAIN Walisongo. Keaktifannya di PMII dari mulai Rayon Dakwah hingga Korcab PMII Jawa Tengah menjadi inspirasi dan motivasi bagi kami. Sampai diakhir hayatnya masih memegang Ketua IKA PMII Walisongo.
Mbak Ida juga dikenal sebagai da'i yang gigih sejak masa mahasiswa, sampai menjadi Pengurus Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah. Tercatat sebagai Dosen UIN Walisongo dan aktif di LKK NU Jawa Tengah. Keaktifan yang hampir tak berjeda sampai akhir hayatnya. Terakhir saya mendengar menggagas pertemuan ulama perempuan.
Berjibun aktivitas organisasi yang dilalui telah mengantarkan menjadi sosok pribadi yang dikenal banyak orang dan mempunyai banyak kawan. Tidak heran selama menjalani sakit, selalu dikunjungi oleh banyak sahabat dan kolega dan doa yang selalu dipanjatkan. Tuhan menghendaki lain, lebih sayang kepadamu.
Saya bersaksi senior idiologisku ini sebagai sosok yang baik. Menginspirasi dan memotivasi para uniornya, terutama dalam memperjuangkan kepentingan pergerakan dan kesetaraan gender. Sulit dicarikan padanannya, terutama komitmennya berorganisasi dan meramut kader. Dia sangat bangga ketika sahabat-sahabat alumni, memperhatikan para kader. Pernah suatu hari Mbak Ida menelponku, mengucapkan terimakasih, karena telah menerima adik-adik PMII di Jakarta dengan baik.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, duka yang sangat mendalam dari kami adik-adikmu. Insya Alloh surga menunggumu dan tergolong sebagai orang yang wafat dalam keadaan husnul khotimah. Semoga kami-kami bisa meneruskan gagasan, pemikiran dan gerakan, sebagaimana yang selama ini engkau perjuangkan. Selamat jalan senior idiologisku.
Kamis, 30 Mei 2019
Ruchman Basori
(Hj. Dra. Jauharotul Farida, M.Ag)
Pembawaannya semangat dan seakan tak kenal lelah dalam beraktivitas. Cepat, lincah dan cekatan, seakan sedang memburu waktu yang tidak akan lama lagi di dunia. Hari ini terjawab sudah, Kamis (30/5) Jam 16.15, engkau meninggalkan kita semua, termasuk adik-adik idiologismu.
Kegigihannya memperjuangkan hak-hak perempuan (gender) tak diragukan lagi. Dari mulai kajian gener, halaqah, seminar hingga gerakan advokasi telah dilaluinya secara gemilang. Suatu hari Mbakyuku ini, Jauharotul Farida mencak-mencak, ketika ada salah satu Alumni UIN Walisongo yang dengan bangganya memamerkan dua istrinya dihadapan publik. Ini menunjukan komitmen yang mendalam tentang kesetaraan dan keadilan gender.
Saya adik angkatannya cukup jauh, tetapi saya mengenalnya dari cerita para senior. Kebetulan saat mengambil studi S2 di IAIN Walisongo kami seangkatan (2000). Pernah aktif di Resimen Mahasiswa (Menwa) hingga menjabat Ketua Senat Mahasiswa (sekarang DEMA) IAIN Walisongo. Keaktifannya di PMII dari mulai Rayon Dakwah hingga Korcab PMII Jawa Tengah menjadi inspirasi dan motivasi bagi kami. Sampai diakhir hayatnya masih memegang Ketua IKA PMII Walisongo.
Mbak Ida juga dikenal sebagai da'i yang gigih sejak masa mahasiswa, sampai menjadi Pengurus Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah. Tercatat sebagai Dosen UIN Walisongo dan aktif di LKK NU Jawa Tengah. Keaktifan yang hampir tak berjeda sampai akhir hayatnya. Terakhir saya mendengar menggagas pertemuan ulama perempuan.
Berjibun aktivitas organisasi yang dilalui telah mengantarkan menjadi sosok pribadi yang dikenal banyak orang dan mempunyai banyak kawan. Tidak heran selama menjalani sakit, selalu dikunjungi oleh banyak sahabat dan kolega dan doa yang selalu dipanjatkan. Tuhan menghendaki lain, lebih sayang kepadamu.
Saya bersaksi senior idiologisku ini sebagai sosok yang baik. Menginspirasi dan memotivasi para uniornya, terutama dalam memperjuangkan kepentingan pergerakan dan kesetaraan gender. Sulit dicarikan padanannya, terutama komitmennya berorganisasi dan meramut kader. Dia sangat bangga ketika sahabat-sahabat alumni, memperhatikan para kader. Pernah suatu hari Mbak Ida menelponku, mengucapkan terimakasih, karena telah menerima adik-adik PMII di Jakarta dengan baik.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, duka yang sangat mendalam dari kami adik-adikmu. Insya Alloh surga menunggumu dan tergolong sebagai orang yang wafat dalam keadaan husnul khotimah. Semoga kami-kami bisa meneruskan gagasan, pemikiran dan gerakan, sebagaimana yang selama ini engkau perjuangkan. Selamat jalan senior idiologisku.
Kamis, 30 Mei 2019
Ruchman Basori
Komentar
Posting Komentar