Story of Cancer Survivor (Part 1)
This is a true story, based on my mom's life story -a cancer survivor- and written by a journalist (my mom's junior in bachelor degree) -Hasan Aoni Aziz- "Kanker Kolon dan Umroh Perpisahan yang Batal"
Pada akhir Desember yang basah 2016 lalu, saya dihubungkan kmbli melalui jaringan telepon dgn kakak kelas kami, yang 27 tahun lalu memimpin kegiatan masa pengenalan mahasiswa baru di kampus kami. Dia dulu saya kenal sebagai perempuan sangat tegas dan kuat dari resimen mahasiswa.
Meski ketegasannya msh bisa saya tangkap dr ujung telepon ketika kami berkomunikasi, tapi kekuatannya kelihatan mulai mengendur. Bicaranya agak melemah. Mungkin karena _rectum cancer_ mulai menggerogoti tubuhnya sejak beberapa tahun belakang ini. Kanker yang mengalami _carsinoma recti_ atau pengganasan yang sudah menyerang daerah rektum atau bagian akhir jaringan kolon atau usus terpanjang, yang berada hanya beberapa inci dari anus.
Semula saya tak perhatikan bunyi HP yang berdering pagi itu. _“Nomor yang asing dan tak bernama,”_ pikir saya. Tapi, sahabat saya satu angkatan semasa mahasiswa, *Lukman Hakim*, kini Ketua PP GP Anshor dan ketua alumni Walisongo, meyakinkan saya: _"Bro, yang menghubungi tadi kakak kelas kita. Sekarang dosen di tempat kita belajar dulu. Dia lagi butuh bantuan medis. Kanker rektumnya sudah stadium empat,"_ kata sahabat saya.
Saya mulai mengobrol melalui HP dengan kakak kelas kami itu, berikutnya dia saya pertemukan dengan *dr Tony*, dokter klinik herbal kami. Dr Tony ternyata teman karate suaminya ketika remaja. Dalam sesi konsultasi itu diketahui bahwa penyakitnya --- dia mengutip _statement_ dokter yang menanganinya di RS --- sudah sulit diobati. Hanya keajaiban Tuhan saja yang bisa menolongnya. Dengan kanker itu, kata dia, usia hidupnya konon tak bisa bertahan lama.
Dengan segala semangat dan kekuatan yang masih tersisa, dia dan keluarganya akhirnya memutuskan menjalani pengobatan di klinik herbal kami di Kudus.
Dalam sesi terapi, dia prnh menceritakan kepada saya rencana pergi umroh bersama keluarganya ke Mekkah. Umroh ini sebagai perpisahan terakhir kepada suami dan anak-anaknya, siapa tahu ramalan dokter tentang usianya benar, pikir saya.
Pada akhir Desember yang basah 2016 lalu, saya dihubungkan kmbli melalui jaringan telepon dgn kakak kelas kami, yang 27 tahun lalu memimpin kegiatan masa pengenalan mahasiswa baru di kampus kami. Dia dulu saya kenal sebagai perempuan sangat tegas dan kuat dari resimen mahasiswa.
Meski ketegasannya msh bisa saya tangkap dr ujung telepon ketika kami berkomunikasi, tapi kekuatannya kelihatan mulai mengendur. Bicaranya agak melemah. Mungkin karena _rectum cancer_ mulai menggerogoti tubuhnya sejak beberapa tahun belakang ini. Kanker yang mengalami _carsinoma recti_ atau pengganasan yang sudah menyerang daerah rektum atau bagian akhir jaringan kolon atau usus terpanjang, yang berada hanya beberapa inci dari anus.
Semula saya tak perhatikan bunyi HP yang berdering pagi itu. _“Nomor yang asing dan tak bernama,”_ pikir saya. Tapi, sahabat saya satu angkatan semasa mahasiswa, *Lukman Hakim*, kini Ketua PP GP Anshor dan ketua alumni Walisongo, meyakinkan saya: _"Bro, yang menghubungi tadi kakak kelas kita. Sekarang dosen di tempat kita belajar dulu. Dia lagi butuh bantuan medis. Kanker rektumnya sudah stadium empat,"_ kata sahabat saya.
Saya mulai mengobrol melalui HP dengan kakak kelas kami itu, berikutnya dia saya pertemukan dengan *dr Tony*, dokter klinik herbal kami. Dr Tony ternyata teman karate suaminya ketika remaja. Dalam sesi konsultasi itu diketahui bahwa penyakitnya --- dia mengutip _statement_ dokter yang menanganinya di RS --- sudah sulit diobati. Hanya keajaiban Tuhan saja yang bisa menolongnya. Dengan kanker itu, kata dia, usia hidupnya konon tak bisa bertahan lama.
Dengan segala semangat dan kekuatan yang masih tersisa, dia dan keluarganya akhirnya memutuskan menjalani pengobatan di klinik herbal kami di Kudus.
Dalam sesi terapi, dia prnh menceritakan kepada saya rencana pergi umroh bersama keluarganya ke Mekkah. Umroh ini sebagai perpisahan terakhir kepada suami dan anak-anaknya, siapa tahu ramalan dokter tentang usianya benar, pikir saya.
Komentar
Posting Komentar