Cahaya di Hari Raya

Takbiran berkumandang malam itu hingga pagi hari menjelang berdirinya sholat idul fitri. Seperti rutinitas tahunan, keluarga kami sholat di Pondok Pesantren Thoriqoh Mu'tabaroh Semarang dan berlanjut tahlil dan mushofahah atau sungkeman. Kemudian, kami makan opor ayam dengan paket ketupat-nya serta berkumpul di rumah nenek dari ibu di Ngaliyan Semarang.

Foto setelah Sholat Idul Fitri 1439 H


Tetapi, lebaran tahun ini tak seperti dulu lagi. Rutinitas itu sudah berubah. Setelah sholat idul fitri, kami masih makan opor ayam, tapi dengan rasa yang berbeda. Yang biasanya Ibu yang memastikan rasa yang perfect di lidah, kali ini tante dan bude yang membawakan opor karena kami sudah tak bisa memikirkan opor di hari raya. Silaturahim juga masih ada, tapi silaturahim pertama kami adalah ziaroh kubur di makam Ibu. Kami kirimkan doa dan tahlil teruntuk Ibu di hari pertama hari raya. Iya, seminggu sudah Ibu dipanggil pemiliknya. Tangan ini sdh tidak bisa mencium tangannya selepas sholat eid. Hari Raya ini terasa hampa tanpa cahaya Ibu. Ibu, kami rindu.

Foto setelah sholat ied tahun ini
tanpa kehadiran Ibu

Ziaroh makam pertama
di hari raya Idul Fitri

"nok, jangan nangis ya nanti kalo ke makam ibu" pesan bude padaku dan adik. "yang sabar yaaa, ngerawat anak anak" pesan nenek pada abah. "kalau ada ibumu pasti.... " ujar tante. dan berbagai percakapan dan pesan pesan dari keluarga untuk kami. Aku mencoba tegar dan menahan air mata di keramaian, dan hanya menumpahkan kerinduan saat berdoa, mandi, atau sebelum tidur. Ternyata, bukan aku saja. Sempat kulihat Abah yang menahan tangis saat diberi wejangan dari nenek (dari ibu).

Ibu, tangis ini bukan karena kami tidak ikhlas akan kepergianmu. Kami ikhlas, ibu. Kami yakin ibu sudah bahagia disana. Mengakhiri hidup di hari dan bulan mulia.

Tapi, kami merindukan kehadiranmu. Irreplaceable. Rindu ini membuatku sangat ingin bertemu denganmu di dalam mimpi, setiap malam. Lahal fatihah.

Semarang, 5 Syawal 1440 H

Terimakasih mbak lala untuk videonya :)
Selamat Jalan, ibu Jauharotul Farida


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kasus Covid19 di Thailand?