Melancong ke Nong Chok, Kawasan Muslim di Bangkok Timur

Saya sangat ingat betul salah satu "nilai-nilai" yang Ibu ajarkan : Silaturahim. 
Sejak masih kecil, Ibu selalu mengajak silaturahmi, baik kepada yg lebih tua atau lebih muda, baik kepada saudara atau sekedar teman, baik sekedar nyicip pesantren kilat ataupun ngalap barokah kyai. Disaat rasa malas luar biasa, masa liburan pesantren yang hanya nyaman di kamar, Ibu tetap memaksa datang berkunjung satu persatu rumah tetangga dari RT 1 sampai RT sekian.


Rasulullah bersabda “Ketahuilah nasab/keturunanmu dan sambunglah silaturahim, karena jika silaturahim terputus akan terasa jauh walaupun sebenarnya dekat, dan jika silaturahim disambung/dijaga maka yang jauhpun akan terasa dekat”. 


Hari itu saya melingkari tanggal 26 Juli dengan spidol sebagai pengingat untuk hadir dalam acara Gusdurian Thailand di SEA-Junction. Hingga H-1 tiba, saya coba cek jadwal summer class, ternyata dihari dan waktu yang sama, ada kelas yang membuat saya tidak berkesempatan hadir kesana. Sedih? Iya. Kenapa? Karena alasan terkuat saya ingin hadir adalah ketiga narasumber adalah kawan seperjuangan almarhumah Ibu, dan saya ingat betul bagaimana perhatian beliau-beliau jauh dari Cirebon dan Jakarta dapat menyempatkan silaturahmi dan menengok Ibu saat sakit.

lahal fatihah :)


"Kalau Ibu masih ada, pasti Ibu memintaku buat hadir" batinku. Namun, kendala waktu yang tidak pas tidak membuat saya menyerah. Saya yakin, Ibu disana pasti sangat senang bila saya dapat bertemu beliau-beliau dan melanggengkan silaturami.

Saya coba beranikan diri mengirim pesan melalui Facebook kepada Pakyai Faqih. Alhamdulillah, ternyata beliau mengizinkan saya untuk sowan kepada beliau dan mengirimkan lokasi dimana beliau tinggal selama 3 hari ke depan.

Ahad, 28 Juli 2019
Pagi itu, setelah saya check lokasi International Institute of Peace and Development Studies, keraguan untuk hadir mulai muncul, karena ternyata lokasinya sangat jauh dari pusat kota Bangkok, sekitar 3 jam. Saya coba menghubungi abah saya dan Alfi (shohib sejak di pesantren) dan meminta saran beliau karena saya belum tahu kendaraan untuk sampai kesana. Setelah googling mencari informasi, akhirnya saya yakin bismillah berangkat. Kata Alfi, "bismillah, niat sowan ke pakyai bunyai, nanti pulang dapat doa, insyaallah mendapat berkah silaturahmi".

Di tengah perjalanan, ternyata bis yang saya naiki tidak sampai bus stop yang saya tuju, hanya sampai MRT Station Hua Lamphong. Kemudian, saya mencoba mencari bus lagi dan sampailah ke BTS Station Siam dan naik BTS / Skytrain ke Payathai Station untuk kemudian berganti dengan ARL (Airport Rail Link) ke Lat Krabang. Nah, sampai sinilah kemudian saya bingung harus naik apa. Kenapa tidak taxi? prinsip saya taxi adalah opsi terakhir. Saya coba bertanya ke masyarakat lokal dan ada ibu yang mengarahkan saya menggunakan songthaew ke Min Buri. Tentu, dengan terus mengamati googlemap, saya mengikuti ke arah mana songthaew membawa saya pergi, macam pasrah dan yakin Allah akan menjaga hehe tapi seru banget karena baru ini pergi jauuuuuuh dari kota Bangkok sendirian bermodal powerbank (padahal biasanya sendiri terus :p). Meski sudah cek map, ternyata saya kebablasan, dan meminta berhenti di lokasi terdekat. Lalu saya berjalan mencoba mencari halte bus, dan entah kenapa belum terlihat bus sama sekali. Sempat khawatir dan berkata dalam hati "kalau sampai kesasar, ke kantor polisi aja dah" karena melihat kantor polisi tepat depan halte bus. Saya mencoba bertanya lagi ke orang, karena saya belum bisa bahasa Thai dan beberapa warga tak bahasa Inggris, thanks to Google Translate, saya diarahkan naik Van putih, pertama kali naik Van di Thailand yang nggak tau mau dibawa kemana dan ternyata jalur Van berbeda dengan jalan yang ditunjukkan map. Hingga sampai penumpang tinggal saya seorang bersama driver yang laki-laki, mulai ragu dan panik, saya meminta driver untuk berhenti dan menyudahi perjalanan ini untuk kemudian berpindah ke opsi terakhir, yakni naik taxi wkwk. Alhamdulillah, dapat taxi dan sekitar 10 km sampailah saya di IIPDS, Nong Chok.




Nong Chok, (hasil searching di google hari ini) ternyata adalah sebuah kawasan tepi timur Bangkok yang menjadi perbatasan dengan provinsi lain dan mayoritas penduduknya muslim (75%). Pantas saja, batinku. Selama perjalanan, semua orang yang mengarahkan dan membantu saya menggunakan jilbab, dan selama perjalanan banyak sekali saya temukan orang berjilbab dan masjid. Dan, saya masih cukup tidak percaya bisa sampai IIPDS dengan selamat tak berkurang satu apapun dan tepat 3 jam sesuai prediksi. 

Alhamdulillah, disela istirahat acara training, saya sowan kepada Pakyai Faqih, Bunyai Nur Rofiah, Bunyai Ruby, serta Bu Hanifah. Senang sekali rasanya, bisa bertemu beliau-beliau, dan lebih senangnya saya sempat mendengarkan dakwah yang disampaikan beliau beliau mengenai Keadilan Hakiki dan Gender serta Qiroah Mubadalah. Sungguh, kesempatan luar biasa yang tentu tidak saya dapatkan selama kuliah. Meski, saya anak lab yang bermain dengan sel, DNA, Protein, dll tapi saya sangat senang dapat belajar langsung kajian Keadilan Gender kepada ahlinya.




Melihat jarak yang cukup sangat jauh dari Bangkok kota, Pak Hamam, menyarankan saya untuk menginap semalam di Nong Chok. "Kamu berani banget ya baru sebulan di Thailand sudah ke Nong Chok, saya 20 tahun disini saja akan mikir-mikir kalau mau kesini" hehe."Seperti ibumu ya, lincah berani kemana-mana"

2 hari 1 malam yang sangat bernilai, terlupakanlah 3 jam perjalanan ber- drama dan tergantikan ilmu serta pengalaman selama di Nong Chok, bersilaturahmi langsung dengan Pakyai Faqihuddin Abdul Kodir (Yayasan Fahmina), Bunyai Nur Rofiah (KUPI), Bunyai Ruby dan Bu Hanifah (AMAN Indonesia), Pak Hamam (WNI yang menjadi dosen di Thammasat University), Mrs. Taweeluck (Dosen Walailak University) serta tokoh ulama-ulama perempuan dari Thailand Selatan.







Alhamdulillah tsumma alhamdulillah, saya ucapkan terimakasih kepada beliau-beliau yang telah mengizinkan saya untuk dapat bersilaturahim. Semoga Allah selalu menjaga beliau-beliau sehingga dapat terus berjuang berdakwah.

Ibu, kekuatan silaturahmi memang benar apa adanya. Semoga anakmu dapat meneruskan perjuanganmu :)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kasus Covid19 di Thailand?