Laporan Hasil KKL 2 BTTB

LAPORAN HASIL KULIAH KERJA LAPANGAN
BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH
“Identifikasi Jamur, Lichenes, dan Lumut
di Taman Hutan Raya (TAHURA) R.Soerjo,
Cangar, Batu, Malang”

Dosen Pengampu :
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Drs. Sulisetijono, M.Si







Disusun oleh :
Izzatinnisa’ (13620061)
Fauchil Wardati (13620083)
Yuli Fithrotin (13620070)
Zahroul Afifah (13620050)
Sifaul Fuad (13620058)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALIKI
MALANG
2014



KATA PENGANTAR




Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan  rangkaian  penyusunan Laporan hasil KKL di Cangar dengan baik.. Atas segala berkah, nikmat kesehatan dan kesabaran yang diberikan-Nya, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan dan pengumpulan makalah ini.

Dalam proses penyusunan laporan penulis menghadapi bebepara pesoalan, namun berkat semangat dan keyakinan kepada kebesaran Allah semuanya dapat teratasi. Dan tanpa adanya berkah, nikmat kesehatan, dan kesabaran tersebut niscaya makalah ini tidak akan perna hadir di hadapan pembaca.

Shalawat dan salam, senantiasa tetap tercurah  limpahkan kepada nabi dan rasul agung Muhammad SWT. Yang telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalam yang terang benderang yakni ad-dinul islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusun penulisan laporan ini dapat berjalan baik dan lancar  karena adanya pengarahan, bimbingan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis inggin menyampaikan terimah kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu penyelesaiaan laporan ini.

Akhirnya, sebagai kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa laporan ini banyak “retaknya”, masih jauh dari kesempurnaan.. Oleh sebab itu, dengan segera kerendahan hati menulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis dapat lebih menyempurnaknya di kemudian hari.Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassasamu’alaikum Wr.Wb.



                                                                                                            Malang, 13 November 2014





                                                                                                Penulis
 




BAB I

PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman flora dan fauna. Tumbuhan Tingkat Tinggi dan Tumbuhan Tingkat Rendah tidak sulit kita temui diindonesia. Jamur (fungi), lumut (bryophyte) dan liken (lichens) merupakan jenis tumbuhan tingkat rendah yang banyak di temukan di Indonesia. Jamur, lumut dan liken terdiri dari beberapa spesies dan terdiri dari bentuk yang beragam.

Namun (Kartawinata, 2010) mengemukakan, bahwa Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman tumbuhan, tetapi masih banyak yang belum terungkap secara ilmiah. Hal ini dikarenakan derasnya pemanenan sumberdaya hayati, khususnya penebangan ekosistem hutan dengan berbagai alasan, besar kemungkinan bahwa keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan ini tererosi, bahkan terancam punah.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan(QS Az-Zumar Ayat 9) yang artinya Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan.”(QS Az-Zumar Ayat 9).

Potongan dari ayat diatas adalah salah-satu bentuk teguran Allah SWT agar manusia senantiasa mempelajari ilmu pengetahuan (sains).Ayat tersebut juga merupakan penekanan atas keunggulan ‘orang alim’ yang memiliki Ilmu pengetahuan. Seharusnya teguran-teguran seperti itu membuat masyarakat muslim menyadari betapa pentingnya mempelajari sains, juga menjadi sebuah pendorong untuk lebih berfikir secara ilmiah.

Dari pernyataan kartawinata diatas dan hikmah yang dapat kita ambil dari ayat al-qur’an diatas maka perlukiranya diadakan KKL agar mahasiswa mengetahui secara langsung keanekaragaman hayati, langsung pada ekosistemnya dan supaya kita termasuk orang alim yang memiliki ilmu pengetahuan dan meyadari betapa penting mempelajari sains.

Oleh karena itu pada studi lapangan kali ini kami akan mengambil tempat di kawasan hutan pegunungan cangar kota Batu, malang sebagai obyek penelitian keanekaragaman Fungi, Lichen dan Briophyta agar dapat memahami morfologi, habitat, siklus hidup, reproduksi serta peranannya.

Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soeryo di Cangar merupakan salah satu kawasan hutan yang potensial untuk habitat dari keanekaragaman tumbuhan lumut.Topografi TAHURA R.Soeryo secara keseluruhan memiliki konfigurasi bervariasi antara datar, berbukit dan gunung-gunung.

Pertumbuhan lumut didukung dengan habitat yang lembab, sedangkan di daerah pemandian air panas habitat lumut di dominasi dengan suhu panas. Jenis tumbuhan perintis berpengaruh terhadap sebagian  besar sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Prawito, 2009). Di sekitar mata air panas Cangar banyak ditemukan gua-gua buatan masa pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945.



1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.      Jenis-jenis jamur, lumut, lichenes apa jasakah yang terdapat di Cangar?

2.      Bagaimana habitat dari jenis jamur, lumut, lichenes yang terdapat di Cangar?

3.      Bagaimana ciri morfologi dari jenis jamur, lumut, lichens yang terdapat di Cangar?

4.      Bagiamana cara reproduksi dari jenis jamur, lumut, lichens yang terdapat di Cangar?



1.3  Tujuan

Adapun tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan ini diantaranya yaitu:

1.      Untuk mengetahui jenis-jenis jamur, lumut, lichenes yang terdapat di Cangar.

2.      Untuk mengatahui habitat dari jenis jamur, lumut, lichenes yang terdapat di Cangar.

3.      Untuk mengetahui morfologi dari jenis jamur, lumut, lichens yang terdapat di Cangar.

4.      Untuk mengetahui cara reproduksi dari jenis jamur, lumut, lichens yang terdapat di Cangar.




BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo

            Tahura R. Soerjo adalah salah satu kawasan pelestarian alam dan konservasi keanekaragaman hayati yang pada tahun 2001 oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ditetapkan sebagai “TAHURA MODEL INDONESIA”. Tahura R. Soerjo berada di antara 4 kabupaten (Malang, Pasuruan, Mojokerto, Jombang) dan berada tepat di tengah-tengah provinsi Jawa Timur, melalui Kota Malang ke arah Batu hingga Cangar yang berjarak 38 km melalui jalan berliku-liku dan berbukit. Kota Malang dapat dinikmati dari daerah ini. Sedangkan dari Mojokerto melalui Pacet ke Cangar berjarak 30 km (Prihatyanto,2009).

            Dengan kawasan seluas 27.969,30 ha, Tahura R.Soerjo merupakan salah satu tahura terluas di Indonesia. Memiliki berbagai potensi baik keindahan alam, jenis satwa dan tumbuhan, hingga sumber air dan sejarah peninggalan zaman kerajaan masa lalu, potensi-potensi tersebut antara lain pemandangan alam dengan berbagai hamparan dari hutan hingga perkebunan dan pertanian, merupakan keindahan sendiri bagi pengunjung. Hawa dingin dan sejuk menambah suasana alami yang akrab jauh dari kebisingan kota yang menjenuhkan. Pengunjung dapat menikmati keindahan kawasan Tahura yang sebagian besar kawasan masih tampak asli (Prihatyanto,2009).

            Tahura R. Soerjo merupakan habitat salah satu satwa langka yang merupakan satwa nasional yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelesi) serta burung lain yang juga dilindungi oleh undang-undang adalah Raja Udang Biru Jawa (Helvhyon chyanoventris) dan jenis kutilang. Kawasan Tahura merupakan vegetasi pohon jenis meranti yang sampai saat ini sedang dalam penelitian Litbang Kehutanan, Palm, Pinus, dan berbagai pohon buah-buahan banyak dijumpai pada kawasan ini. Berbagai jenis anggrek juga ditemukan, bahwa banyak ditemukan jenis tanaman hias dengan aneka warna bunga, dan salah satu ini sedang banyak di buru para kolektor dan tanaman tersebut sebagai bahan bonsai yang indah dimana dalam pasaran dapat mencapai puluhan juta rupiah. Bunga abadi edelweiss juga terdapat di Tahura R.Soerjo ini dan di bagian timur terdapat area hutan bambu dengan bermacam jenis. Lahan di daerah penyangga pada umumnya subur, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan dan pertanian seperti perkebunan apel, sayur-sayuran, dan aneka tanaman hias. Semua itu secara tidak langsung dapat menopang kehidupan dan perekonomian masyarakat di sekitanya (Prihatyanto,2009).

2.2 Fungi (Jamur)

Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof.Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa.Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya.Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen.Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya.Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit (Birsyam, 1992).

Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Hadioetomo,1993).

Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Kusnadi,2003).

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora.Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan.Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan.Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Kusnadi,2003).

Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills) serta cawan (volva).Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Kusnadi,2003).

Menurut beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual(Kusnadi, 2003).

Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan. Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru, pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya berkembang menjadi miselium. Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora.Pada fase tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid (Kusnadi,2003).

Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik (Kusnadi,2003).

Fungi hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan. Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur yang hidup saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan (Waluyo, 2004).

Peranan Fungi dalam kehidupan diantaranya sebagai Dekomposer yaitu salah satunya bertanggung jawab untuk mejaga ekosistem agar tetap memiliki persediaan nutrient anorganik yang esensial bagi pertumbuhan tumbuhan, sebagai mutualis yaitu dapat membentuk hubungan mutualistik dengan tumbuhan, sebagai mutualisme fungi tumbuhan, dan beberapa fungi berjasa dalam membantu pencernaan hewan, dengan menguraikan material tumbuhan di dalam saluran pencernaan sapi dan mamalia pemamah baik lainnnya(Campbell, 2008). 

2.3 Lichen (Lumut Kerak)

Lichenes adalah organisme yang merupakan asosiasi dari Fungus dan Alga, huhungan antara kedua organisme tersebut adalah sedemikian rupa hingga membentuk suatu talus tunggal.Komponen fungi disebut mikobion dan komponen alga disebut fikobion.Mikobionnya sebagian besar adalah Ascomycetes hanya beberapa saja yang Basidiomytes atau Deutromycetes. Sebagian besar Lichenes yang askomisetik funginya adalah dari golongan Discomycetes: Mikobion tidak pernah dari Hemiasomycetidae, Plectomycetidae atau Laboulbeniomycetidae. Fikobion umumnya dari Chlorophyceae yang bersel tunggal atau dari Cyanophyceae(Suhono, 2012).

Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis), yaitu antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang (alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara itu, tugas jamur adalah member perlindungan terhadap kekeringan. Lichenes adalah  tanaman yang hebat(Tjitrosoepomo, 1989).

Tubuh lichenes dinamakan thalus yang secara vegetative mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thalus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh yang memanjang secara seluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thalus (Hawksworth, 1984).

Secara anatomi lichenes juga memiliki bagian-bagian yang menarik karena adanya lapisan fungi atau lapisan luar korteks yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat untuk menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh dan lapisan alga yang mengandung ganggang serta terdapat rhizome yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat pada substrat yang dikenal sebagai rhizoid atau lapisan lichens yang paling kuat melekat atau menempel pada substrat ini yang paling terkenal adalah pyrenolichenes (Campbell, 2008).

Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009):

1.    Krustos, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya: Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.Lichen krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnyayang berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.

2.    Folios, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk  mengabsorbsimakanan.Contohnya:Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.

3.    Frutikos, jika talus tegak seperti semak atau menggac ntung seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya: Usnea longissima.

4.    Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psorapseudorusselli, Cladonia carneola.

Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu (Yurnaliza, 2002):

1.    Secara Vegetatif

-       Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru.Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen.Pada beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.

-       Isidia

Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.

-       Soredia

Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.

2.    Secara Aseksual

Spora yang aseksual disebut pycnidiospores.Pycnidiospores itu ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia.Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole.Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya.Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur.Jika bertemu dengan alga yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichenes yang baru.

3.    Secara Seksual

Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja.Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.

Lichen dapat tumbuh pada kondisi ekstrem seperti Benua Arktika, Antartika bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai fegetasi perintis di beberapa habitat karena kemampuannya melakukan invasi pertama pada batu atau tanah yang beru terkena sinar matahari(Suhono, 2012).

Berbeda dari lumut biasa yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bisa tumbuh di tempat-tempat yang sulit, tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung yang tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).

Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam hidup laten/dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali (Hasnunidah,2009).

Pertumbuhan talusnya sangat lambat. Ukuran tubuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1cm. badan buah yang baru akan tumbuh setelah Lichen mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun(Hasnunidah,2009).

Lichen diketahui memiliki beberapa manfaat. Organisme ini menmghasilkan metabolit sekunder yang berperan penting dalam membedakan jenisnya. Penggunaan langsing dari senyawa sekunder ini dapat dilihat pada produk obat-obatan, bahan pencelup, dan komponen parfum. Dialam, senyawa ini berperaperan sebagai pertahanan diri liken sebagai herbifora, juga membantu ememcahkan substrat batu. Lichen mengandung jenis sianobakteri sebagai fotobion yang menyediakan nitrogen terfiksasi untuk lingkingan. Lichen merupakan penyedia makanan untuk kehidupan satwa liar seperti rusa, musang,tupai tikus dan klelawar, juga perlindungan bagi beberapa jenis ngengat. Beebrapa jenis burung menggunakan liken fructose untuk sarangnya. Di Jepang lichen di rebus dalam sup, dimakan mentah-mentah, dibuat salad, maupun di konsumsi sebagai kudapan(Suhono, 2012).

2.4 Bryophyta (Lumut)

Tumbuhan  lumut  merupakan  tumbuhan  tingkat  rendah  yang  termasuk kedalam divisi  bryophyta, termasuk tumbuhan darat sejati. Pada umumnya  lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di dataran rendah sampai dataran tinggi.  Tumbuhan  ini  sering  disebut  sebagai  tumbuhan  perintis,  karena  lumut dapat tumbuh  dengan  berbagai  kondisi  pertumbuhan  di  tempat tumbuhan  tingkat tinggi  tidak  bisa  tumbuh.  Secara  ekologi  lumut  memiliki  peranan  yang  sangat penting dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya kerusakan lingkungan. Tumbuhan  lumut merupakan tumbuhan pertama  yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan yang rusak, atau daerah dengan hara yang miskin. Setelah area  ditumbuhi  lumut,  area  tersebut  akan  menjadi  media  yang  cocok  untuk perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan lainnya (Birsyam, 1992).

Ciri khas yang dimiliki lumut adalah system reproduksinya.Pada metangia (alat-alat kelamin) yaitu alat kelamin jantan disebut anteridium yang menghasilkan spermatozoid dan alat kelamin betina disebut arkegonium yang menghasilkan ovum.Tumbuhan ini memiliki generasi gametofit yang dominan, sedangkan pada tumbuhan tingkat tinggi generasi gametofitnya tereduksi. Generasi ini memiliki organ seks (antheridia dan arkegonia) dan gamet (sperma dan sel telur).Generasi sporofit yang menghasilkan spora tidak dapat hidup sendiri sehingga tetap melekat pada gametofit. Suplai air dan nutrisi bagi sporofit sangat bergantung pada gametofit sehingga tumbuhan ini memiliki siklus hidup yang berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi.

Akar pada lumut sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan rhizoid (akar semu), oleh karena itu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara  tumbuhan bertaalus (thallophyta) dengan  tumbuhan  ber-kormus  (kormofita).  Daun,  batang  atau  talusnya  memiliki  pori  yang  bisa mengalirkan  air,  gas  dan  nutrisi  ke  sel-sel  untuk  langsung  dipergunakan.  Pada beberapa  jenis  terdapat  modifikasi  struktur  daun  yang  berfungsi  untuk memperluas  area  penyerapan  air  atau  nutrisi. Lumut merupakan rumah bagi invertebrata yang memiliki peran yang penting dalammmenjaga porositas tanah dan mengatur  kelembaban ekosistem, karena kemampuannya dalam menahan dan menyerap  air.  Para  ahli  sudah  mulai  banyak  meneliti  komposisi  zat  yang dikandung lumut, beberapa di antaranya mengandung senyawa antibiotik, dan zat lain yang memiliki khasiat obat (Birsyam, 1992).

Lumut yang sudah teridentifikasi mempunyai jumlah sekitar 16 ribu spesies dan telah dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu: lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun (Yulianto, 1992):

1.      Lumut Hati (Hepaticopsida)

Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia.

2.      Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)

Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.

3.      Lumut Daun (Bryopsida)

Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum.

Manfaat lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati penyakit hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika Spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Yulianto, 1992).







BAB III

METODE PANELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mengenai identifikasi jamu, lichen dan lumut  ini dilaksanakan pada hari Minggu, 9 November 2014 bertempat di Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soerjo, Cangar, Batu, Malang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan  yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Alat tulis

2. Kamera

3. Buku identifikasi

4. Plastik

3.3 Cara Kerja

Langkah kerja pada Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah :

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Dicari spesies jamur, lichen, dan lumut

3. Diamati dan dideskripsikan

4. Dimasukkan ke dalam plastik


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Crepidotus autochthonus
4.1.1    Gambar











4.1.2    Klasifikasi
            Kingdom : Fungi
                        Divisio : Basidiomycota
                                    Kelas   : Agaricomycetes
                                                Ordo    : Agaricales
                                                            Famili  : Inocybaceae
                                                                        Genus  : Crepidotus
                                                                                    Spesies :Crepidotus autochthonus
                                                                                                            ( Suhono, 2012)
4.1.3    Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan fungi pada potongan kayu yang sudah jatuh di tanah dengan bentuk pipih setengah lingkaran menyerupai kipas dan berstruktur halus.Bila dipegang lembab, kenyal, dan lunak.Warna cokelat muda keorenan dan bawahnya berwarna putih tulang.Fungi ini ditemukan pada kayu menunjukkan habitat nya pada substrat kayu.Ciri-ciri diatas memungkinkan jamur ini adalah Crepidotus autochthonus.
Menurut Suhono (2012), “Jenis ini memiliki tubuh buah yang pleurotorit tidak bertangkai, dengan daging buah yang umumnya sangat tipis. Cetakan spora berwarna cokelat suram, supa kuping kelabu hidup sebagai jamur saprofit.Jenis jamur ini tumbuh pada kayu atau batang tumbuhan yang telah lapuk dan membusuk”.Pernyataan ini sesuai dengan jenis jamur yang ditemukan dari segi morfologi dan habitanya, daging buah yang tipis tak bertangkai berwarna cokelat dan hidup di batang yang telah tumbang.
Herliyana (2007) menambahkan “Crepidotus  spp.  Mempunyai pileus seperti kipas, lonceng, ginjal dan tiram.Permukaan bagian tengah berlekuk, basah-gelatinous, di tengah sedikit berbulu. Warna:  beige-putih keruh,  ocker-abu cokelat. Diameter 1-4 cm. Konsistensi lunak (muda) dan berdaging kenyal, tipis.Pinggiran menggulung ke arah himenium, rata.  Lamela melanjut turun ke arah dasar tangkai.Spasi antar lamela dekat + 20-40 lamela/tudung.Warna lamela putih–krem.Anak lamela 3-5. -Tangkai di sisi, sangat pendek, tidak nampak. Warna tangkai krem-putih keruh.  Panjang +0,3 cm, diameter +0,3 cm. Menempel pada substrat dengan rizomorf. Bau tepung.  Rasa tidak diketahui.  Edibilitas, tidak diketahui edibel. Jejak spora cokelat”.
Karena spesies ini termasuk filum Basidiomycota sehingga reproduksinya mengikuti filum tersebut yang memiliki spora seksual yang khas, yakni basidium. Seperti yang dituliskan oleh  Indrawati Gandjar (2006) yakni fungi ini memiliki bentuk uniseluler dan multiseluler. Basidiomycota memiliki hifa yang bersepta. Spora seksualnya adalah basidium, sedangkan spora aseksualnya adalah konidia.
Indrawati Gandjar (2006) menambahkan fungi berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan fungi adalah bertemunya sel kelamin jantan dan sel kelamin betina dan membentuk spora. Filum Basidiomycota membentuk basidiospora. Kusnadi (2003) mengatakan perkembangbiakan aseksual adalah perkembangbiakan dengan cara pemutusan miselium dan pembentukan spora.
4.2 Usnea rubicunda
4.2.1 Gambar









4.2.2. Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Ascomycota
Class: Ascomycetes
Order: Lecanorales
Family: Parmeliaceae
Genus: Usnea
Spesies: Usnea rubicunda (Wikipedia, 2013)
4.2.3 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada salah satu spesies lumut kerak (Lichen) jenis fruktikose yang terdapat di kawasan hutan Cangar, dapat dilihat ciri-cirinya, panjang thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang serta memiliki cabang-cabang, silindris menyerupai benang yang menggantung atau berdiri tegak, dan memiliki rhizoid pada bagian bawah yang berfungsi sebagai alat untuk melekat pada substrat.
Sebenarnya lumut ini tumbuh secara koloni dengan tubuh buah berbentuk fruktikosa yang berupa batang bercabang dengan warna kuning tua hingga mencapai warna merah dan pirang.Warna merahyang dihasilkan oleh penggabungan bintik-bintik merah pada korteks bagian basal dari batang utama dilingkari dengan retak menunjukkan medula putih, batang utama dan cabang biasanya dengan benjolan kecil yang berbeda yang timbul dari korteks (papila) (Yurnaliza, 2002).
Perkembangbiakan dapat dilakukan secara seksual dan aseksual.Secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh buah.Di dalam apothesia terdapat askupora yang berisi spora.Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan potongan atau pemutusan bagian tubuh buah yang terpisah.Tubuh buah ini kemudian tumbuh menjadi individu baru dan mengeluarkan banyak tubuh buah berupa batang-batang-batang kecil bercabang (Suhono, 2012).

4.3 Anthoceros sp. (Lumut hati)

4.3.1 Gambar















4.3.2 Klasifikasi

            Kingdom : Plantae
Divisi: Bryophyta
Kelas: Anthocerotopsida
Ordo: Anthocerotales
Famili: Anthocerotceae
Genus: Anthoceros
Spesies: Anthoceros sp. (Kordyanto, 2006)

1.3.2        Pembahasan

Pengamatan selanjutnya yaitu pada Divisi Bryophyta (lumut).Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa spesies ini termasuk dalam kelas Anthocerotopsida (lumut tanduk) dan spesiesnya adalah Anthoceros sp. Anthoceros sp. termasuk dalam lumut tanduk karena tubuhnya berwarna hijau, mempunyai rhizoid  yang berfungsi untuk menempel pada substrat. Pada bagian bawah terdapat gametoft sedangkan bagian atas disebut sporofit dan juga terdapat involucre. Sporofit merupakan bagian yang menyerupai batang yang muncul dari suatu bagian yang disebut invulucre. Involucre merupakan bagian semacam tabung yang berfungsi untuk melindungi dan memperkokoh sporofit serta menyalurkan sari-sari makanan dari gametofit ke sporofit. Gametofit merupakan bagian berbentuk lembaran yang berwarna hijau dan menempel pada substrat.
Lumut tanduk mirip dengan lumut hati namun perbedaan terletak pada  sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dan hamparan gametofitnya yang menyerupai keset (Campbell, 2008). Bentuk tubuh lumut tanduk menyerupai lumut hati yang berbentuk talus yang sporofitnya berupa kapsul yang memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloropas. Habitat dari lumut tanduk ini berada di tepi sungai, danau atau sepanjang selokan. Lumut ini bersama alga dapat membentuk lichen (lumut kerak) yang merupakan tumbuhan pionir ditempat gersang. Reproduksi generatif pada lumut ini dengan membentuk gamet jantan dan betina, sama seperti reproduksi generati pada lumut hati (Indah, 2009).
Tumbuhan lumut Anthoceros sp. penyebarannya kosmopolitan. Habitatnya berada di tanah liar yang lembab atau batu-batuan yang sangat lembab dan teduh biasanya tumbuh di tebing-tebing jalan gunung, sungai atau pinggiran kolam. Talus kecil yang berwarna hijau gelap atau hijau kekuningan, bentuk tubuh pipih terbagi atas daerah dorsal dan vebtral. Percabangan talus (lobus dari talus tidak teratur. Pada permukaan ventral tidak ditemukan dengan adanya sisik, rhizoid bersekat tidak sempurna, tetapi banyak sekali rhiziod berdinding talus yang berfungsi sebagai lat menempel pada substrat dan juga sebagai mersorbsi air dan zat hara. Talus tersusun atas beberapa lapis sel tanpa adanya bagian khusus, tidak ada diferensiasi jaringan dan sedikit ditemukan spesialisasi sel. Jadi daerah penyimpan makanan tidak jelas batasnya (Jati, 2007).

Menurut Tjitrosoepomo (2007) siklus hidup lumut Anthoceros sp.yaitu secara gametofit yang menghasilkan organ kelamin jantan atau anteredium dan organ kelamin betina atau arkegonium.Apabila anteredium dan arkegonium dihasilkan oleh satu gametofit (satu individu lumut) maka jenis tersebut disebut lumut berumah satu atau homotalus, sedangkan apabila keduanya dihasilkan oleh gametofit yang berbeda maka jenis tersebut disebutlumut berumah dua atau heterotalus.

Gametofit jantan membentuk anteredium dan gametofit betina membentuk arkegonium.Sperma dari anteredium dengan perantaraan air berenang menuju sel telur di dalam arkegonium kemudian terjadi pembuahan yang menghasilkan zigot. Zigot yang bersifat diploid kemudian akan mengalami mitosis dan bekembang menjadi sporofi t embrionik di dalam arkegonium. Pada ujung batang sporofit yang memanjang terdapat sporangium, yaitu kapsul tempat spora haploid berkembang.Sporangium juga berfungsi sebagai tempat terjadinya pembelahan mitosis.Setelah masak, kapsul spora pecah dan spora terpencar keluar. Spora-spora tersebut apabila menemukan tempat yang memiliki kelembaban yang sesuai akan berkecambah membentuk protonemata (jamak dari protonema) kecil yang berwarna hijau.Protonemata haploid tersebut terus tumbuh dan berdiferensiasi sehingga membentuk gametofit. Gametofit dewasa akan membentuk gamet-gamet yang akan berkembang dan kembali menjalani siklus serupa. Perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina membentuk spora merupakan perkembangbiakan secara seksual (generatif). Selain melalui perkembangbiakan generatif, lumut juga berkembang biak secara vegetatif. Bagian gametofit lumut yang patah dan terbawa angin atau burung yang mencari bahan sarang bisa tumbuh apabila jatuh di tempat-tempat yang lembab.Beberapa jenis lumut juga sangat mudah membentuk tunas-tunas atau gemma.Gemma merupakan tubuh bersel satu atau banyak.Seringkali, menguncup dari jaringan generatif khusus pada batang, daun, rizoid, atau protenema.Gemma dapat secara efektif memberikan persebaran dalam waktu singkat (Tjitrosoepomo (2007).



BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan Kuliah Kerja Lapangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Jenis-jenis jamur, lumut, lichenes yang terdapat di Cangar adalah Crepidotus autochthonus, Usnea rubicunda, Anthoceros sp.
2.      Habitat dari jenis jamur, lumut, lichenes yang terdapat di Cangar adalah Crepidotus autochthonus pada kayu atau batang tumbuhan yang telah lapuk dan membusuk, Usnea rubicunda pada substrat berupa kayu di daerah yang masih alami dan Anthoceros sp. menempel di permukaan tanah.
3.      Morfologi dari jenis jamur, lumut, lichens yang terdapat di Cangar adalah Crepidotus autochthonus adalah tubuh buah yang pleurotorit tidak bertangkai, dengan daging buah yang umumnya sangat tipis dan cetakan spora berwarna cokelat suram. Usnea rubicunda adalah tubuh buah berbentuk fruktikosa yang berupa batang bercabang dengan warna kuning tua hingga mencapai warna merah dan pirang, dilingkari dengan retak yang  menunjukkan medula putih, batang utama dan cabang biasanya dengan benjolan kecil yang berbeda yang timbul dari korteks (papila) dan Anthoceros sp.  mirip dengan lumut hati namun perbedaan terletak pada  sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dan hamparan gametofitnya yang menyerupai keset.
4.      Cara reproduksi dari jenis jamur, lumut, lichens yang terdapat di Cangar adalah Crepidotus autochthonus dengan spora seksualnya adalah basidium, sedangkan spora aseksualnya adalah konidia. Sedangkan Usnea rubicunda secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh buah dan aseksual dilakukan dengan potongan atau pemutusan bagian tubuh buah yang terpisah dan untuk Anthoceros sp. secara gametofit yang menghasilkan organ kelamin jantan atau anteredium dan organ kelamin betina atau arkegonium.

5.2 Saran
            Saran untuk kegiatan selanjutnya adalah kegiatan identifikasi sebaiknya didampingi agar tidak terjadi kebingungan dan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Aime, M. C. 2001. Biosystematic Studies in Crepidotus and the Crepidotaceae . Virginia: Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Campbell. 2008. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Hadioetomo. 1993.Cerdas Belajar Biologi.Bandung:Grafindos
Hasnunidah, Neni.2009.Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung:Unila
Herliyana, E. N.2007. Potensi Lignilolitik Jamur Pelapuk . Bogor: Pascasarjana IPB
Indah, Najmi. 2009.Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah.Jember :PGRI Jember
Indrawati, Gandjar dalam Vidiana, hendi. 2013.Keanekaragaman Kapang Penyebab Penyakit Tanaman Stroberi Pada Sistem Pengelolaan Tanah di Padukuan Soka Binangun, Desa Madikurejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY
Jati, Wijaya. 2007. Biologi. Jakarta: Balai pustaka
Kartawinata, K. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia.Jakarta .Bidang Lingkungan,  Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kusnadi dkk. 2003. Mikrobiologi. Jakarta : JICA
Kusnadi dkk. 2003 dalam Vidiana, hendi. 2013.Keanekaragaman Kapang Penyebab Penyakit Tanaman Stroberi Pada Sistem Pengelolaan Tanah di Padukuan Soka Binangun, Desa Madikurejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY
Prawito, P. 2009. Pemanfaatan Tumbuhan Perintis Dalam Proses Rehabilitasi Lahan Paskatambang Di Bengkulu.Jurnal Ilmu Tanah dan LingkunganVol.9No. 1 p: 7-12. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Prihatyanto, Triono. 2009. Taman Hutan Raya R. Soerjo, Taman Hutan Raya Model Indonesia. http:/darmatin.blogspot.com Diakses Kamis, 13 November 2014 16:15
Rochman, Abdur.2012. Jamur. Diakses dari http://abdurochmaan.blogspot.compada Hari Kamis, 13 November 2014 11:00
Suhono, B.2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung dan Jamur. Jakarta: PT Lentera Abadi.
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM PRESS
Yulianto, Suroso Adi Abadi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.
Yurn2aliza. 2002. Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi Dan Kegunaan). Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara


 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kasus Covid19 di Thailand?